MANUSIA DAN
KEINDAHAN
1. PENGERTIAN
KEINDAHAN
Keindahan
berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan
sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun
tidak semua hasil seni indah), pemandangan alamn (pantai, pegunungan, danau,
bunga-bunga dilereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut,
kaki, tubuh), rumah (halaman, tatanan, perabotan rumah tangga, dan sebagainya),
suara, warna, dan sebagainya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas,
seluas keaneragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan
peradaban teknologi, sosial dan budaya. Karena itu dikatakan bahwa keindahan
adalah bagia dari hidup manusia.
Keindahan
adalah identik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, dan kebenaran
adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai
daya tarik yang selalu bertambah, yang tidak mengandung kebenaran
berarti tak indah.
Keindahan
juga disebut universal, artinya tidak terikat oleh selera perorangan, waktu dan
tempat, selera mode kedaerahan atau lokal.
a. Apa
keindahan itu ?
Berbicara tentang
keindahan mau tak mau kita harus menengok jauh kebelakang yaitu zaman yunani
kuna, abad ke-18. Pada saat itu pengertian keindahan telah dipelajari oleh para
filsuf. Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” (filsafat
keindahan) dalam bahasa inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata
”beautiful”, perancis ”beau”, italia dan spanyol ”bello”, kata-kata itu berasal
dari bahasa latin ”bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan
kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi ”bonellum” dan terakhir di pendekkan
sehingga di tulis ”bellum”.
Selain itu
menurut luasnya dibedakan pengertian :
Keindahan dalam
arti luas. Keindahan dalam arti estetik murni. Keindahan dalam arti terbatas
dalam hubunganya dengan penglihatan. Selanjutnya The Liang Gie menjelaskan, bahwa
keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya plato
menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles
merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan. Plotinus
mengatakan tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang yunani
berbicara pula mengenai buah pikiran indah dan adat kebiasaan yang indah.
Jadi
pengertian seluas-luasnya meliputi :
1. Keindahan
seni
2. Keindahan
alam
3. Keindahan
moral
4. Keindahan
intelektual
Keindahan dalam
arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubunganya
dengan segala sesuatu yang di serapnya.
Keindahan dalam
arti terbatas, mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut
benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan
bentuk dan warna. Jadi keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualita pokok
tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualita yang sering disebut adalah
kesatuan (unity), keseimbangan (balance), dan kebalikan (contarst). Dari ciri
itu dapat di ambil kesimpulan, bahwa keindahan tersusun dari berbagai
keselarasan dan kebalikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata.\
b. Nilai
entetik
Dalam rangka
teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan
di anggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral,
nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Dalam ”Dictionary of Sociology
and Related Science” di berikan rumusan tentang nilai sebagai berikut :
Kemampuan yang di
anggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Siffat dari
suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok.
Bahwa nilai
adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus di bedakan secara tegas
dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu
sendiri. Tentang nilai itu ada yang membedakan antara nilai subyektif dan
obyektif, atau ada yang membedakan nilai perseorangan dan nilai kemasyarakatan.
Tetapi penggolongan yang penting ialah nilai ekstrinsik dan intrinsik.
Nilai ekstrinsik
adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal
(instrumental/ contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau
membantu.
Nilai intrinsik
adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan,
ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
Contoh :
1. Puisi,
bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut
nilai ekstrinsik. Sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalu
alat benda puisi tersebut disebut nilai intrinsik.
2. Tari,
tarian damarwulan-menakjinggo suatu tarian yang halus dan kasar dengan segala
macam jenis pakaian dan gerak-geriknya adalah tari perang antara damar
wulan-menakjinggo merupakan nilai ekstrinsik. Sedang pesan yang disampaikan
oleh tarian itu ialah kebaikan melawan kejahtan merupakan nilai intrinsik.
c. Apa
Sebab Manusia Menciptakan Keindahan ?
Keindahan itu
pada dasarnya adalah alamiah. Alam itu ciptaan tuhan. Ini berarti bahwa
keindahan itu ciptaan tuhan. Alamiah itu artinya wajar, tidak berlebihan dan
tidak pula kurang. Kalau pelikis wanita lebih cantik dari keadaan yang
sebenarnya, justru tidak indah. Karena akan ada ucapan lebih cantik dari warna
aslinya. Bila ada pemain drama yang berlebih lebihan, misalnya marah dengan
meluap-luap padahal kesalahan kecil, atau karena kehilangan sesuatu yang tak
berharga kemudian menangis meraung-raung, itu berarti tidak alamiah.
Kesimpulan
:
Keindahan
berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, molek dan sebagainya.
Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam semesta
ciptaan tuhan. Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia. Karena itu kapan,
dimana, dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan
identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama abadi dan mempunyai
daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak
indah. Keindahan bersifat universal.
Keindahan
dalam arti estetik murni mencakup pengalaman estetik seseorang dalam hubunganya
dengan segala sesuatu yang di serapnya. Keindahan dalam arti terbatas berupa
keindahan bentuk dan warna.
Definisi
keindahan sangat luas, karena itu dalam estetika modern orang lebih suka
berbicara tentang seni dan estetika, karena hal itu merupakan gejala kongkrit
yang dapat di telaah dengan pengalaman secara empirik dan penguraian
sistematik.
Nilai
estetik : nilai berarti kebenaran (worth) atau kebaikan (goodness). Nilai
estetik sesuatu adalah semata-mata realita psikologik yang harus dibedakan
secara tegas dari kegunaan, karena terdapat pada jiwa manusia dan bukan pada
bendanya itu sendiri.
2. MAKNA
KEINDAHAN
Mejawab
pertanyaan sekitar apa itu keindahan, boleh jadi merupakan pekerjaan yang
sulit. Ini kalau yang di tuntut jawaban yang bisa memuaskan semua pihak.
Kesulitan semacam itu memang bisa di mengerti oleh karena sampai sekarang ini
kita bisa temukan berbagai batasan atau pengertian tentang keindahan yang
celakanya, berada satu sama lain.
Sekedar penguat
konstatasi di atas, baik juga di lihat beberapa persepsi tentang keindahan
berikut ini :
1. Keindahan
adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat.
2. Keindahan
adalah keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang
saling berhubungan satu sama lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri.
3. Yang
indah hanyalah yang baik. Jika belum baik ciptaanya itu belum indah. Keindahan
harus bisa memupuk perasaan moral. Jadi ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bisa
dikatakan indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral.
4. Keindahan
dapat terlepas sama sekali dari kebaikan.
5. Yang
indah memiliki proporsi yang harmonis. Karena proporsi yang harmonis itu nyata,
maka keindahan itu dapat di samakan dengan kebaikan. Jadi yang indah adalah
nyata dan yang nyata adalah yang baik.
6. Keindahan
adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang.
7. Yang
indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan itu adalah yang
dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengalaman yang
menyenangkan.
Dengan melihat
demikian beragamnya pengertian keindahan, dan kita harus percaya bahwa yang di
atas itu hanyalah sebagian kecil, boleh jadi akan mengecewakan kita yang
menuntut adanya suatu pengertian yang tunggal tapi yang memuaskan. Namun
demikian, dari pengertian yang ada, sebenarnya, kita bisa menempatkannya dalam
kelompok-kelompok pengertian sendiri, paling tidak kita bisa menangkap arah
atau kecenderungan dari suatu pengertian yang di kemukakan seseorang sesuai
dengan pengelompokan-pengelompokan yang ada. Pengelompokan-pengelompokan yang
dapat kita sebut adalah sebagai berikut :
1. Pengelompokan
pengertian keindahan berdasar pada titik pijak atau landasannya.
Dalam hal ini ada
dua pengertian keindahan, yaitu yang bertumpu pada obyek dan subyek. Yang
pertama, yaitu keindahan yang obyektif, adalah keindahan yang memang ada pada
obyeknya sementara kita sebagai pengamat harus menerima sebagai semestinya.
Sedang yang kedua, yang disebut keindahan subyektif adalah keindahan yang
biasanya di tinjau dari segi subyek yang melihat dan menghayatinya.
2. Pengelompokan
pengertian keindahan dengan berdasarkan pada cakupanya.
Bertitik tolak
dari landasan ini kita bisa membedakan antara keindahan sebagai kualitas
abstrak dan keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang indah.
3. Pengelompokan
pengertian keindahan berdasar luas sempitnya. Dalam pengelompokan ini kita bisa
membedakan antara pengertian keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik
murni, dan dalam arti yang terbatas. Keindahan dalam arti luas, menurut The
Liang Gie, mengandung gagasan tentang kebaikan.
Dari apa yang di
kemukakan di atas, dua hal bisa kita petik, yaitu : pertama, keindahan
menyangkut persoalan filsafati, sehingga jawaban terhadap apa itu keindahan
sudah barang tentu bisa bermacam-macam. Kedua, keindahan sebagai pengertian
mempunyai makna yang relatif, yaitu sangat tergantung pada subyeknya.
3. RENUNGAN
Renungan
berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu,
atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil dari
merenung.
Setiap
kegiatan untuk merenengkan atau m,engevaluasi segenap pengetahuan yang telah
dimiliki dapat disebut berfilsafat. Pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri
kepada penalaran. Penalaran adalah proses berpikir yang logic dan analitik.
Berpikir merupakan kegiatan untuk menyusun pengetahuan yang benar.
Pemikiran
kefilsafatan mempunyai 3 macam cirri, yaitu:
1. Menyeluruh
artinya pemikiran yang luas, bukan hanya di tinjau dari sudut pandangan
tertentu.
2. Mendasar
artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental (ke luar gejala),
sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap keilmuan.
3. Spekulatif
artinya hasil pemikiran yang dapat di jadikan dasar untuk pemikiran-pemikiran
selnjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk
menjelajah wilayah pengetahuan yang baru.
Renungan atau
pemikiran yang dibahas dalam makalah ini ialah yang berhubungan dengan
keindahan. Setiap hasil seni lahir dari hasil renungan. Tanpa direnungkan hasil
seni tidak mencapai keindahan.
Renungan atau
pemikiran yang berhubungan dengan keindahan didasarkan atas tiga macam teori,
ialah teori pengungkapan, teori metafisika, dan teori psikologis. Masing-masing
teori itu ada tokohnya. Dalam teori pengungkapan dikatakan oleh Benedetto
Croce, bahwa seni adalah pengungkapan kesan-kesan.
Dalam teori
metafisika, Plato mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi,
sebagai realita ilahi itu. Sedangkan dalam teori psokologik dinyatakan bahwa
sadar dari seorang seniman.
Dari teori
permainan yang masih tergolong teori odikologik dengan tokohnya Freidrick
Schiller dan Herbert Spencer, Schiller menyatakan bahwa asal mula seni adalah
dorongan batin untuk bermain-main ( play impulse ).
Dalam proses jiwa
seniman pada waktu merenung dalam rangka menciptakan seni, menurut Keats selalu
diliputi rasa ragu-ragu, takut, ketidaktentuan, misterius (negative
capability). Selain daripada itu Keats menyatakan, bahwa untuk mengatasi
ketakutan ialah berkuasanya hal-hal yang sesaat. Baginya hal-hal sesaat itu
merupakan pelatuk yang meledakkan imajinasi, dan imajinasi ini yang membentuk
konsep keindahan. Selanjutnya konsep keindahan adalah abstrak. Konsep itu baru
berjkomunikasi setelah di beri bentuk.
4. KESERASIAN
Keserasian berasal dari kata serasi,
serasi dari kata dasar rasi artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok
sesuai atau kena mengandung unsur pengertian perpaduan, ukuran, dan seimbang.
Perpaduan misalnya orang berpakaian antara kulit dan warnanya yang
dipakai cocok.
Keserasian
identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan yang tidak
serasi tidak indah. Karena itu sebagian ahli piker berpendapat, bahwa keindahan
ialah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualita
yang paling sering disebut ialah kesatuan (unity), keselarasan (harmony),
kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance), dan perlawanan/pertentangan
(contrast).
Dalam
keselarasan itu seseorang memiliki persaan seimbang, teng, dan mempunyai
citrarasa akan sesuatu yang berakhir dan merasa hidup sesaat di tengah-tengah
kesempurnaan yang menyenangkan hati dan ingin memperpanjangnya.
Dalam
mencipta seni ada dua teori, yakni teri obyektif, dan teori subyektif. Teori
subyektif menyatakan bahwa keindahan itu adalah terciptanya nilai-nilai estetik
yang merupakan kualita yang telah melekat pada benda itu.
Dalam
perimbangan sebagai cabang teori obyektif dinyatakan bahwa keindahan merupakan
suatu kualita dari benda. Dalam seni ada 6 asas. Asas-asas itu ialah kesatuan
total, tema, tema variasi, keseimbangan, perkembangan dan tata jenjang.
Keserasian tidak ada hubungannya dengan kemewahahan. Sebab keserasian merupakan
perpaduan warna, bentuk, dan ukuran. Atau keserasian merupakan pertentangan
antara nada-nada tinggi rendah, keras-lembut, dan panjang-pendek.
5. KEHALUSAN
Kehalusan berasal dari kata halus artinya
tidak kasar ( budi bahasa ) lembut, sopan, baik (budi bahasa), dan beradab.
Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus, kesopanan, dan atau keadaban.
Halus
bagi manusia itu sendiri ialah berupa sikap, yakni sikap halus. Sikap halus
adalah sikap lembut dalam menghadapi orang. Lembut dalam mengucapkan kata-kata,
lembut dalam roman muka, lembut dalam sikap anggota badan lainnya.
Halus
itu berarti suatu sikap manusia dalam pergaulan baik dalam masyarakat kecil
maupun dalam masyarakat luas.
6. KEINDAHAN
Keindahan
yang bersifat jasmani dimaksudkan ialah keindahan yang dapat
“menyenangkan” atau “memuaskan” indera manusia; baik indera
penglihat maupun indera pendengar. Keindahan yang bersifat rohani dimaksudkan
keindahan yang dapat “menyenangkan” atau “memuaskan” batin manusia. Tetapi
perlu segera dipahami bahwa walaupun secara material keduanya dapat di bedakan
secara esensial keduanya tidak dapat dipisahkan. Karena pada akhirnya “unsure
kemanusiaan itulah yang harus menjadi penentunya.
Kodrat
manusia mendambakan sesuatu yang baik, yang dapat menyempurnakan
kemanusiaannya. Keindahan bagi manusia sebenarnya bukan sekedar sesuatu yang
harus diusahakan adanya. Pada hakikatnya manusia di tuntut untuk menciptakan
keindahan itu, sebab seperti kata John Kets (Andy Zoeltom, 1984) “a thing of
beauty is a joy forever”.
Persepsi
manusia terhadap keindahan antara yang satu dengan yang lain itu tidak
sama. Sebab persepsi manusia terhadap keindahan sangat ditentukan
oleh daya penggerak yang menjadi sumber timbulnya kehendak atau keinginan
terhadap keindahan itu sendiri. Persepsi keindahan yang muncul dari akal dan
budi dapatlah disebut sebagai keindahan dalam arti yang sebenarnya. Sedangkan
keindahan yang muncul dari dorongan nafsu merupakan keindahan semu.
Keindajhan
tak akan lepas dari pengertian obyektif maupun subyektif. Secara asasai
keindahan obyektif ada pada sesuatu benda atau barang. Sifatnya
abadi dan universal, selama benda itu belum berubah dari keadaan semula.
Keindahan subyektif sangat bergantung kepada selera perorangan, karena memang
sangat relative. Ia bersumber dari asas kegunaan benda tadi bagi masing-masing
individu.
Menurut
John Kets, keindahan obyektif disamaka dengan kebenaran. Keindahan adalah
kebenaran, dan kebenaran adalah keindahan. Sebab keduanya memiliki nilai yang
sama, yaitu universal dan abadi. Jelasnya, tidak ada keindahan jika tidak
mengandung kebenaran, dan yang tidak mengandung kebenaran tidak indah.
Seseorang disebut sebagai orang yang berpribadi mulia, bila orang tadi memilki
rasa keindahan atau minatnya terhadap keindahan cenderung terhadap keindahan
obyektif.